Kamis, 08 Mei 2014

CERPEN PERHIMAP V



Wanita Pengubah Depan
Oleh: Fatmawati
 
“Uwek, Amay, Ulaw tidak ingin menikah, Ulaw belum siap sama sekali dengan pernikahan” ucapku memberanikan diri, Amay menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan sangat pelan sampai-sampai tak terdengar sama sekali, seraya berkata
“Ulaw ini adalah adat istiadat suku kita, Ulaw harus mengerti itu.”
Mataku mulai berair tapi tak sanggup menangis
“Amay adat istidat macam apa ini, mengapa ada adat seperti ini? Mengapa Ulaw harus menikah dengan cepat?” jawabku pilu sepilu-pilunya.
“Ulaw ini sudah menjadi Tradisi suku kita sejak jaman nenek moyang dulu, Uwek dan Amay juga seperti itu.” Jawab Amay yang mulai kesal melihat anaknya yang keras kepala. Uwek membenarkan ucapan Amay dengan menganguk pelan. Amay lalu pergi dari kamarku.
            “Uwek, kenapa Ulaw harus menikah secepat ini, Ulaw masih ingin belajar membaca, Ulaw tidak ingin menjadi istri Lang Tui” rengekku kepada Uwek dan mulai menangis
“Uwek sebenarnya tidak rela, melihat Ulaw menikah. Tapi Uwek lebih tidak tega lagi melihat Ulaw menerima hukuman dari kepala suku”jawab Uwek dengan nada penuh kebimbangan “Uwek tak bisakah Uwek dan Amay menolak lamaran Lang Tui” Pintaku sambil menangis tersedu-sedu, tanpa menjawan Uwek berlalu meninggalkan aku dikamar ini,aku terus-terus berfikir bagaimana caraku agar tidak menikah di usia muda, aku pun teringat kepada Yurike, Guruku membaca dan menulis, orang yang paling cerdas di Long Berini.
            Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku menemui Yurike tanpa sepengetahuan Uwek dan Amay, sesampainya disana aku melihat Yurike sedang membersihkan rumahnya.
“Yurike..” teriakku dengan lantang
“eh Ulaw, sedang apa Ulau pagi-pagi benar kemari?”Yurike sedikit kaget dengan kehadiranku
“Yurike, bolehkah aku meminta pendapatmu?” tanyaku dengan cepat
“ pendapat, naiklah kemari, kita akan bercerita disini” jawabnya sambil mengayunkan tangannya keatas memberi isyarat agar Ulaw naik kerumanya
“uhh Yurike, apa pendapat Yurike mengenai menikah muda?” tanyaku dengan napas terseok-seok, Yurike berubah eksperesi menjadi tegang.

“apakah Ulaw yang akan menikah?” tanyanya
“iya, Yurike hanya saja Ulaw tidak ingin menikah, Ulaw belum siap” wanita muda nan cantik jelita itu menggaruk-garuk rambutnya yang kemerahan.
            “Menurut Yurike sebenarnya, menikah muda tidaklah baik.Apalagi seusia Ulaw, Ulaw sepertinya masih berusia sekitar enam belas tahunan. Masih terlalu muda untuk menikah” jawabnya lalu tersenyum sambil memperlihatkan gigi gingsulnya yang putih.
“tentu saja Yurike, lalu bagaimana kalau ini sudah menjadi adat istiadat di Long Berini?” tanyaku gundah
“ apa? Adat seperti apa yang memerintahkan Anak gadis harus menikah muda?” Yurike kesal mendengar kenyataan
“benar Yurike, adat suku kami mengharuskan gadis yang telah halangan harus segera menikah” jawabku penuh rasa kecewa, belum sempat Yurike menjawab tiba-tiba Aku melihat Amay datang
 “Ulaw pulang kau cepat, gadis kurang ajar
” Amay kesal padaku, tak ingin melihat Amay lebih marah lagi aku bergegas lari pulang.
            Pikiranku melayang-layang saatku dapati diriku telah bersiap menerima lamaran Lang Tui, Uwek menyuruhku menggunakan Ta’a atau baju adat dayak yang penuh dengan manik-manik yang biasa digunakan saat hari-hri besar
“Uwek kenapa Lang Tui memilih Ulaw sebagai isterinya?” tanyaku berlinangan air mata
“Uwek juga tidak tahu, tapi Uwek bersyukur lang Tui lah yang melamarmu bukan orang lain, Lang Tui adalah orang terpandang disini, hidupmu tidak akan susah lagi seperti Amay dan Uwek “ bela Uwek mencoba menghibur
“Uwek, Ulaw tidak akan bahagia bersama dengan Lang Tui, jangan biarkan Lang Tui melamar Ulaw” aku menangis sejadi-jadinya
“Ulaw sudahlah jangan seperti anak kecil” Uwek mulai kesal melihat tingkah laku Ulaw, diam-diam Uwek menangis melihat anak gadisnya menderita.
            Dari kejahuan terdengar suara musik gambus ciri khas pelamaran atau acara besar di Long Berini
“Ulaw cepat keluar Lang Tui sudah datang” teriak Amay dari luar, tanpa menjawab aku langsung beranjak keluar
“Tak terasa kao sudah besar sekarang Ulaw, bahkan sebentar lagi menjadi istriku” bisik Lang Tui di telingaku
“Baiklah kita mulai saja acara lamaran kali ini” teriak ketua adat kami sambil menggandeng tanganku dan tangan Lang Tui
“Baiklah hari lamaran kali ini keluarga dari Ulaw dipersilahkan meminta mahar sebelum menikah nanti” pinta Ketua adat, yang langsung disorak-sorak dengan gembira oleh beberapa orang
“Kami sekeluarga memutuskan meminta dua buah guci ukuran besar dan tiga buah mandau dengan bahan batu montalat, tak lupa empat pasang Ta’a dengan bahan sutra, sanggupkah?” jelas Amay dengan tegas, dahi Lang Tui yang keriput semakin mengkerut mendengar mahar yang diajukan oleh Amay
“baiklah tapi Ulaw harus mengandung ditahun pertama pernikahan kami” Lang Tui mengajukan syarat.
            Mendengar syarat yang diajukan oleh Lang Tui hatiku hancur, dan memberanikan diriku untuk berbicara.
“U u Ulaw tidak ingin menikah” ucapku gugup, tubuhku bergetar hebat jantungku berdetak cepat “heei sadarkah kau apa yang barusan kau katakan?” teriak Lang Tui yang heran bukan kepalang mendengar ucapanku
“Ulaw sadar, sangat sadar bahkan, Ulaw tidak ingin menikah dengan laki-laki yang  Ulaw anggap seperti Amay Ulaw sendiri.Lagi pula Lang Tui sudah memiliki istri dan anak, Neul istri Lang Tui sudah Ulaw anggap seperti Uwek, begitu juga dengan Awing sudah menjadi sahabat dan saudara Ulaw sendiri” ucapku sedikit terbata-bata, kulihat ekspresi Uwek dan Amay yng memerah entah karna malu atau marah.
            “maafkan Ulaw Lang Tui, dia hanya bercanda” kata Amay dengan nada sedikit marah dan malu
tanpa berkata apa-apa lagi Lang Tui langsungpergi dari rumahku.
“apa yang kau lakukan barusan Ulaw?”kata Uwek dengan halus.
“Ulaw hanya mengatakan apa yang mesti Ulaw katakan. Ulaw tidak mungkin menikah dengan lelaki semacam Lang Tui.” Belaku kepada Uwek.
“Dasar gadis jalang tidak tau untung, seharusnya Ulaw bergembira mendapat lamaran dari Adik Sang kepala Suku, bukan menolaknya dengan kasar. Apa Ulaw bisa menjamin Ulaw bisa hidup nyaman jika tidak hidup bersama Lang Tui.”
Sergah Amay dengan kasar. Aku hanya terpaku pilu mendengar ucapan Amay yang keterlaluan.
            Berhari-hari aku mendengar desas-desus mengenai kejadian hari itu, hingga Uwek jatuh sakit mendengar setiap berita yang beredar tentang aku, Lang Tui dan kedua orangtuaku yang dikatakan tidak becus dalam mendidik anak gadisnya, Aku memutuskan untuk menemui Yurike lagi. Sesampainya dirumah Yurike, Yurike menyambut dengan hangat kedatanganku, bagiku Yurike adalah sosok yang hebat, melebihi kepala suku meskipun beliau bukan asli suku kami, beliau datang dari kota, pernah bersekolah dan belum menikah.
“Yurike apakah Yurike mendengar berita disini” tanyaku sedih
“Tentu sudah Ulaw, Yurike ikut prihatin atas musibah yang telah menimpa Ulaw” kata Yurike dengan nada menyedihkan,
“Yurike apa yang harus Ulaw lakukan, Lang Tui tetap akan menikahi Ulaw” tanyaku penuh dengan kehancuran
“Ulaw harus kuat, Ulaw tidak boleh menyerah, Ulaw anak yang cerdas, masa depan Ulaw masih panjang. Jangan pernah biarkan Lang Tui menghancurkan impian Ulaw itu” kata Yurike penuh semangat.
            Aku setuju dengan pendapat Yurike bahkan sangat setuju
“Tapi bagaimana cara Ulaw menolaknya, Amay akan marah besar kepada Ulaw” pikirku hampir gila
“Sebaiknya Ulaw katakana semua maksud Ulaw itu kepada kepala suku dan Lang Tui” Yurike menyarankan, aku berpikir sejenak membayangkan apa yang akan terjadi bila aku menemui kepada suku dan Lang Tui seorang diri
“Yurike bisakah Yurike menjelaskan mengapa seorang gadis tidak boleh menikah muda?” tanyaku kepada Yurike
“Yaah seorang wanita memiliki suatu sel yang bernama sel telur, sel telur akan siap dibuahi jika usia wanita berkisar dua puluh tahun keatas” jelas Yurike
“Jadi maksudnya sel telur Ulaw belum siap dibuahi?” tanyaku semangat seperti menemukan harta karun peninggalan nenek moyang
“Iya benar, dan hal itu bisa menyebabkan anak yang Ulaw lahirkan menjadi cacat atau premature, seperti kebanyakan wanita di Long Berini atau bahkan bisa menyebabkan Uwek sang anak meninggal karna belum mampu melahirkan” tukas Yurike dengan kecerdasan luar biasa yang ia miliki.
            Setelah mendengar ucapan Yurike tadi aku langsung yakin untuk menemui Lang Tui dan kepala suku, aku melangkah pasti menuju lamin milik Lang Tui dan Kepala suku,. Aku telah berdiri didepan lamin milik Kepala suku, aku melihat Lang Tui melambaikan tangan member isyarat masuk, akupun masuk melangkah dengan mantap memasuki Lamin. Didalam aku menjelaskan semua yang Yurike ajarkan padaku, tak lama berselang kepala adat menyuruhku memanggil Yurike untuk datang kelaminnya.
Tanpa menunda aku langsung memanggil Yurike yang kala itu sedang mengajari anak-anak didesa kami membaca, mendengar namanya dipanggil, yurike segera menghadap kepada kepala suku bersama denganku.
“Yurike apa yang kau katakan pada anak ini” kata kepala suku seraya menunjukku
“Aku hanya mengajarinya mengenai kesehatan reproduksi, dimana usianya yang masih muda sangat rentang jika harus dinikahkan”
“bagaimana kamu tahu soal itu, apakah benar itu yang membuat banyak wanita disini meninggal di usia yang tergolong muda”
“Aku seorang Bidan yang ditugaskan didaerah ini, iya benar wanita disini sangat rentan lantaran harus melahirkan diusia muda bukan hanya membahayakan si ibu, hamil muda juga menyebabkan si bayi dalam bahaya karna si ibu tidak tahu cara merawat dan melahirkan”
“jadi apa pendapatmu jika ini sudah menjadi adat istiadat Yurike?”
“untuk apa kita mempertahankan suatu adat istiadat yang sebenarnya tidak mendatangkan keuntungan melainkan mendatangkan mara bahaya bagi kita, seharusnya adat istiadat harus mendatangkan suatu kebaikan agar calon-calon penerus bangsa kita dapat hidup dengan baik dan ahlak yang baik pula”
Mendengar ucapan itu kepala suku hanya mengangguk-ngangguk lalu tak lama berselang kepala suku keluar dari lamin, aku dan Yurike menyusul dibelakang, kepala suku langsung memanggil seluruh warga untuk berkumpul.
“hari ini adalah sejarah, karna hari ini saya mengetahui apa sebenarnya yang harus saya kerjakan sebagai ketua suku, mulai hari ini saya nyatakan Adat istiadat yang mengharuskan anak perempuan yang telah halangan harus menikah saya hapuskan karena beberapa sebab yang akan mendatangkan bencana bagi kampong kita tercinta” ucap kepala suku dengan semangat menggebu-gebu. Ucapan yang membuat kami semua senang dan terharu. Akhirnya Yurike menjadi Dokter sekaligus Guru dikampung kami, banyak sekali perubahan yang Yurike berikan bagi kampung kami.
            Kami sangat bahagia berkat kehadiran Yurike semua pola pikir kami yang dahulunya sangat terbatas kini berkembang semakin baik, pengamdian Yurike bertahan hingga belia tutup usia, dan aku menggantikan posisi yurike menjadi seorang guru. Terima kasih Yurike.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar