Kamis, 08 Mei 2014

CERPEN PERHIMAP V



It’s My Gender
Oleh: Sartika (PGSD 2013)
Dalam hidup memang tak selamanya adil. Kadang kita selalu merasa tenang, tetapi kadang kita juga selalu merasa was-was. Hidup memerlukan sebuah pengorbananan. Pengorbanan memerlukan sebuah perjuangan. Perjuangan memerlukan sebuah kesabaran. Kesabaran memerlukan sebuah keyakinan. Keyakinan menentukan kemenangan. Kemenangan pula yang akan menentukan kebahagiaan kita kelak. Bukannya ingin menyalahi takdir diri, namun apalah daya hidup dikandung badan mati dikandung tanah.
“Aku benar-benar bingung dengan Bapak,Bu..”, kataku memecah lamunanku.
“Ada apa Minah ? dari tadi kamu melamun saja Ibu perhatikan, apa ada masalah denganmu , Nak ?”, jawab Ibuku.
“Sebentar lagi aku lulus SMA, dan Bapak tidak memperbolehkan aku untuk  mengambil Beasiswa untuk kuliah ke Kalimantan, Bu.. Padahal aku ingin sekali kuliah di luar pulau Bu”.
“Sudahlah.. Kamu turuti saja kemauan Bapakmu itu”, balasan dari Ibuku.
“Ibu sama Bapak sama saja, Anak ingin sukses malah dihalang-halangi. Mau jadi apa desa kita ini kalau semua wanitanya hanya tau cara mengurus anak saja. Aku juga ingin menjadi seperti Ibu R.A.Kartini, Megawati Soekarno Putri dan yang lainnya Bu. Wanita itu bisa sukses asalkan ada kemauan dan semangat dari dalam dirinya. Aku bukan ingin menyalahi aturan, Bu, tapi bukan hanya laki-laki saja yang dapat dijadikan pemimpin, tapi perempuan juga. Ibu lihat saja perkembangan desa kita ini, dari dulu sampai sekarang hanya begitu-begitu saja. Kita butuh banyak perubahan dari desa kita ini. Sekolah, puskesmas, kantor desa sangat minim kaum wanitanya Bu, itu sudah membuktikan kalau desa kita harus mengubah tradisinya, Bu. Ibu tau Siti, temanku, dia anak yang cukup pintar di Sekolah, bahkan dia juga mendapat Beasiswa sama sepertiku, semester kemarin dia pindah ke kota dibawa oleh Bibinya, karena setelah lulus SMA di akan kuliah di sana. Tidak bisakah para orang tua di desa ini mengizinkan anak perempuannya untuk bersekolah lebih tinggi ? Walaupun mayoritas pekerjaan mereka hanya bertani tapi setidaknya mereka bisa meniatkan diri agar anak-anak mereka bisa sukses, yaitu dengan cara menyekolah anak-anak mereka, Bu. Tidak dapatkah Ibu memberi pengertian pada Bapak ?”, ujarku memberi penjelasan.
“Nantilah coba ibu bicarakan pada Bapakmu”, jawab ibuku sendu.
Aku beranjak dari kursi dan bergegas menuju ke kamarku. Sunyi kelam mengembalikan aku ke dalam lamunanku. Aku pernah mendengar pepatah mengatakan bahwa “Jangan sesali apa yang telah terjadi kemarin, tapi jika kamu tak mampu menjadi lebih baik hari ini, kamu patut menyesalinya”. Aku tidak mau sampai aku menyesal dibelakang hari nanti jika aku sampai mengambil keputusan yang salah. Lembaran baru itu lebih sempurna, lebih nyata untuk meraih asa. Sempat kurasakan setitik darah yang hampir menembus ubun-ubunku, membuat gejolak darah panasku ingin meledak-ledakkan ruahnya. Aku kembali memikirkan bagaimanakah nasib diriku nanti, aku teringat akan perjuangan R.A.Kartini dulu, R.A. Kartini tercatat sebagai orang yang giat mengedepankan keadilan gender dan emansipasi wanita. Nilai-nilai kultural yang ia miliki telah membuktikan bahwa ia mampu menjadi dirinya sendiri, sehingga dia dapat memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Ideologi patriarki yang berkembang di daerahnya sama halnya seperti yang terjadi di desaku sekarang ini. Pemahaman tentang sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.
Masalahku ini sama halnya dengan R.A.Kartini, ia menyadari konsep pembawaan dirinya dan orang lain yang harus menurut pada perbedaan gender di kalangan masyarakatnya itu sebagai suatu ketidakadilan. Kini pikiranku makin kacau rupanya, aku tak memungkiri bahwa keegoisan mulai menyuluti otakku. Ku ambil tetesan air dan ku basuhkan keanggota tubuhku, ku ambil air wudhu itu untuk bersiap-siap Shalat Istikharah, meminta petunjuk dari sang Maha Cinta, agar dapat memberikan arah kemana aku harus berlabuh setelah pengumuman kelulusan besok. Harapanku kali ini mendapatkan amplop bertuliskan kata “LULUS” dengan hasil yang memuaskan. Semoga setelah bangun tidur nanti aku telah mendapatkan jawaban atas do’aku.
Waktu datang silih berganti, matahari datang menjemput lelapku dan menyadarkanku. Hari ini kembali aku jelang waktu-waktu menegangkan dalam hidupku. Aku melihat diriku di depan kaca dan kembali menatapi wajah malang ini. Ku langkahkan kaki untuk pergi ke sekolah, karena tiba waktunya pengumuman kelulusanku hari ini.
 Jantungku berdegup dengan kencangnya seakan alirannya tak mampu lagi memompa darah yang ada. Tak ada sepenggal katapun yang terlontar dari bibir ini, seketika aku tenggelam dalam sendu. Aku cemas seakan penuh harap, seakan waktu enggan untuk berlalu. Darah ini seketika berhenti mengalir dan jantungku pun berhenti detakannya ketika Pak Laode datang mendekatiku dan menyerahkan amplop pengumuman kelulusan yang telah bertuliskan nama Mariatul Aminah itu. Ku ambil amplop itu dan segera bergegas pulang ke rumah dengan sepeda ontel milikku. Sepeda ontelku ku anggap seperti sepeda motor Ninja yang lajunya tiada tara. Aku berharap aku dapat membukanya bersama orang tuaku di rumah.
Setibanya aku di rumah. Tak kudapati sosok Bapak dan Ibu. Huh… Aku lupa kalau setiap hari Bapak dan Ibu pergi ke sawah untuk bertani pikirku. Tetapi setidaknya hari ini mereka mengerti bahwa anaknya menerima hasil kelulusannya. Cukup ku eluskan dada ini lembut, agar tidak ada sepercik emosi hinggap kembali. Tak ku pungkiri setitik demi setitik air pun jatuh dari pelupuk mataku. Sejujurnya aku tidak ingin larut dalam kesedihan, tapi apalah dayaku, sikon yang begitu pahit mengiris jiwa. Ku buka amplop itu dengan berat hati, karena aku tau Bapak dan Ibu akan pulang senja hari nanti.
“LULUS”
Puji syukurku hampir tak lepas ku ujarkan dari bibir kecilku ini. Dengan total nilai nilai 56,75 dari enam mata pelajaran. Nilai yang cukup tinggi untukku. Setibanya Bapak dan Ibu di rumah aku memperlihatkan hasil pengumuman itu kepada mereka.
“Bagus, itu baru anak Bapak.. Bapak mau istirahat dulu” kata Bapakku.
“Hanya itu saja Pak. Apakah tidak ada kata-kata lain, seperti mau lanjut kemanakah kamu nanti, Nak ? Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus ini, Nak? Apakah itu tidak terpikir oleh Bapak”, kataku menyanggah beliau.
“Bapak sudah bilang kamu tidak usah melanjutkan sekolah, kamu cukup membantu ibumu saja di rumah. Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujungnya hanya kembali di hadapan abu dapur saja nantinya !”.
“Baik ! Baiklah kalau itu yang Ayah dan Ibu mau !”, kataku sambil menangis.
“Aku benar-benar gak kuat Ya Allah….. !!! Semoga engkau memberiku kekuatan untuk Tes Beasiswa masuk Perguruan Tinggi besok, Amin”, celotehku menutup senduku.
Tiba-tiba aku tertidur pulasnya. Aku ingin besok ada sebuah keajaiban tiba di dalam hidupku.
            Selamat Mariatul Aminah, Anda lolos masuk Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman melalui jalur Bidik Misi. Silahkan melakukan registrasi ulang kembali. Isi data dengan benar. Terima kasih.
Hatiku benar-benar meronta-ronta kegirangan kali ini, aku tak pernah merasakan sebahagia ini. Bunga jiwaku seakan merekah, bermekaran mengeluarkan semerbak harum bahagia yang tiada bandingnya. Kala ini aku harus benar-benar berputar otak untuk menentukan masa depanku kelak. Berita gembira ini tak kuberitahukan kepada kedua orang tuaku karena aku telah mendapatkan jalan dari Sang Maha Cinta untuk menapaki kaki di awal langkahku ini.
Untuk Bapak dan Ibu yang Minah cintai :*
 Assalamualaikum..wr.. wb..
        Bapak , Ibu , maafin  Minah, Pertama… Minah mau kasih kabar kalau Minah dapat beasiswa ke Universitas  Mulawarman di Kalimantan Timur, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar . Minah ingin kalau lulus nanti dapat mencerdaskan anak-anak di desa kita.
        Ananda bukan bermaksud lancang untuk pergi diam-diam dari rumah, tetapi untuk menuntut ilmu agar dapat merubah sedikit tradisi yang ada di desa kita. Di mana perempuan sangat terpuruk di sana. Minah berharap Bapak dan Ibu dapat menjaga kesehatan baik-baik di rumah. Minah mohon doa restunya, supaya ananda di sini dapat menuntut ilmu sebaik-baiknya, dan dapat membanggakan Bapak dan Ibu.
        Minah pamit, semoga bapak dan Ibu  tidak marah sama ananda ini… Peluk ,, Cium,, dari Minah.

                                                                                                             Anakmu,
                                                                                                                   Mariatul Aminah

Mungkin keputusanku ini adalah keputusan yang paling terburuk yang pernah aku perbuat. Tetapi kondisi ini terlalu mendesakku untuk berbuat tegas. Kalutku ini biar ku pendam sendiri saja. Walau hati ini terus meronta-ronta, aku harus tetap semangat untuk meraih cita-citaku, membuat bangga kedua orang tuaku, dan agar dapat membuat rekahan senyum dari bibir mereka. Aku yakin mampu membuktikan perkataanku kepada mereka bahwa wanita itu tidak kalah dengan laki-laki dalam hidupnya. Hari ini aku akan berlabuh menggunakan uang tabunganku menuju pulau Borneo.
ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم بِسْــــــــــــــــــمِ ا

Kamis, 31 Agustus 2010
SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR
Ini untuk pertama kalinya aku menapaki langkahku di kampung orang lain. Sebuah kota yang di kelilingi oleh Sungai Mahakam. Sebuah kota yang dikenal dengan sebutan Benuo Etam inilah yang akan memberikan aku banyak pengalaman dan hal-hal yang berkesan selama 4 tahun ke depan.
“Mariatul Aminah ya yang dari Peterongan, Jombang, Jawa Timur ?”.
“Iya Pak. Apakah data saya sudah lengkap ?”, kataku.
“Sudah. Silahkan tanda tangan di sini.”
“Baik, terima kasih, Pak”.
Selesai wawancara itu aku bergegas menuju kost baruku. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan seorang perempuan yang berwajah cantik, bermata sipit, dan berkulit putih datang menghampiriku.
“Maaf.. Boleh numpang tanya ? Kost Tara di sini dimana ya ?”, tanyanya padaku.
“Oh Kost Tara, mari saya antar, kebetulan saya juga baru ngekost di situ. Apakah kamu sudah dapat kamar ?”, balasku padanya.
“Tak tau, saya tak punya kenalan di sini”.
“Oh iya, saya Mariatul Aminah, panggil saja Minah. Saya dari pulau Jawa, bagaimana kalau kamu jadi Roommate saya ?”.
“Wow jauh jua ya !!! Bisa.. Bisa.. Saya Maharati dari daerah Malinau, Kalimantan Utara. Salam kenal ya Minah”.
“Iya salam kenal juga Maharati. Mari kita menuju kost baru kita, hehehe…. “, kataku senang.
Gadis Dayakpun akhirnya bersahabat dengan gadis Jawa. Di awal aku sempat terpikir apakah kami akan cocok ? Tetapi ternyata hal yang luar biasa aku rasakan. Berteman dengannya membuat aku banyak tau akan apa itu Benuo Etam. Dia juga mampu merangkul aku dalam suka maupun duka. Walaupun kami berbeda agama tetapi kami saling mengingatkan apabila berbicara tentang ibadah.
Rintangan mulai datang menerpaku. Aku ingin bercerita pada Maharati tetapi aku ragu untuk bercerita padanya. Inikah yang di bilang GALAU ?
“Kau kenapa bah Minah ?  Dari tadi bersedih hati saja tampaknya”.
“Tidak apa-apa, saya hanya sedang bingung saja, ada masalah teknis”.
“Jujur aja sama saya Minah, kita kan Bestfriend “, gumamnya meyakinkanku.
“Aku belum bayar kost 2 bulan ini, karena uang beasiswaku belum cair”.
“Ini bayar dulu sana, pakai saja dulu duitku, tak apa Minah, jangan kau tolak ya “.
“Terima kasih Maharati, aku janji aku akan mengembalikannya secepatnya. Aku janji ! “.
Tak terasa hampir setahun aku disini tapi aku belum mengabarkan orang tuaku di kampung. Kali  ini aku harus mengabari mereka di sana. Semoga mereka tidak marah padaku akibat ulah nekadku yang lalu.


Send  to : +628123198****
Assalamualaikum.. Bapak dan Ibu apa kabar di sana ?
Ini Minah, Minah kangen sama Bapak sama Ibu. :*
From : +628123198****
Walaikumsalam..
Alhamdulilah baik , Bapak sama Ibu juga kangen sama kamu, kamu kapan balik, Nak ?
Hampir setahun kamu tidak memberi kabar sama bapak dan ibu di sini.
Send  to : +628123198****
Nanti Minah balik kalau sudah membawakan ijazah buat bapak dan ibu.
Minah mohon maaf kalau sudah membuat ibu dan bapak cemas.
Minah minta restu agar dapat belajar dengan baik di sini Bu, Pak. J
From : +628123198****
Iya , semoga kamu bisa pulang dengan sehat dan bisa membanggakan ibu bapak, Nak.

“ Minah , kamu terpilih jadi kandidat ketua Perhimpuan kita ! Selamat ya !!!”, Maharati mengagetkanku.
“Apa ? Kenapa harus aku ? Apakah aku mampu memimpin perhimpunan kita Maharati ?”.
“Tak apa Minah, aku yakin kamu mampu. Kau pernah bilang kan, it’s my gender  tidak akan kalah dari para lelaki, bukannya begitu Minah ?”.
“Baiklah aku coba”, jawabku mulai bersemangat.
Akhirnya aku terpilih menjadi ketua perhimpunan, aku yakin, aku dapat mengemban tugas seoptimal mungkin.
Setahun kemudian…..
 Selama setahun aku menduduki jabatan sebagai ketua perhimpunan tak terasa jabatan itu akan aku lepas dan kuserahkan pada adik tingkatku. Masa-masa menjadi ketua perhimpunan tidak akan pernah aku lupakan, di situlah aku kenal apa itu organisasi ? apa itu kader ? Bagaimana membuat suatu acara ? dan bagaimana cara agar bisa tetap solid dengan teman-teman yang tidak satu pemikiran.
Assalamualaikum.. wr,wb.
Setelah Mubes ini kita akan mengetahui siapa yang akan menggantikan saya sebagai ketua perhimpunan kita ini. Dari apa yang telah kita lalui bersama, susah senang bersama, Kakak harap kalian bisa mengemban tugas lebih baik lagi ke depannya. Tetap jaga kesolidan kita. Tetap jaga keutuhan di antara setiap kader, dan jangan lupa bersyukur kepada yang Maha Kuasa karena telah memberikan kita banyak nikmat di dalam perhimpunan kita ini, mungkin sebelum saya melepas jabatan ini baiknya saya memohon maaf secara pribadi, jikalau banyak salah dan khilaf yang saya perbuat saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena kesalahan itu datangnya dari saya pribadi, dan kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Akhir kata Summasalamualaikum..wr,wb.
Tak terasa kelulusan sudah didepan mata. Kali ini hatiku benar-benar bahagia karena kedua orang tuaku datang mendampingiku untuk wisuda. Oh tuhan.. Ini kah keajaibanmu. Rasa syukurku tak akan pernah putus ku berikan untukmu. Gelora yang ku tunggu sekian lama kini tumpah ruah menjadi euphoria yang luar biasa.
22 Juli 2014
PETERONGAN, JOMBANG, JAWA TIMUR
Setelah meninggalkan Kota Samarinda, aku kembali menapakkan kaki di desaku tercinta ini. Hal yang harus kulakukan sekarang adalah datang ke SDN 009 Peterongan untuk mengabdikan diriku.
“Assalamualikum, Pak Warman saya Minah, saya ingin mengabdikan diri untuk menjadi guru di SD ini, apakah dapat diterima ?”, gumamku dengan penuh harap.
“Oh iya Mariatul Aminah kan ? Wah sudah lulus toh rupanya Ndo ! Selamat ya ! Wah saya sangat merasa beruntung kalau Nak Aminah mau menjadi guru di sekolah ini.. Yah kamu tau sendiri, guru-guru di sini mayoritas tamatan SMA, pastinya Bapak sangat senang kalau kamu mau mengabdi di SD-mu ini.. Tapi ada satu hal yang harus kamu tau, gaji menjadi guru di desa kita ini tidak seberapa, karena jarang ada yang mau ke kota untuk memohon dana operasional untuk sekolah kita. Kamu lihat saja bangunan SD ini sudah sangat memprihatinkan”, tukas beliau menjelaskan padaku.
“Saya tidak masalah pak, kalau begitu nanti saya yang akan membuat permohonan bantuan dana operasional untuk sekolah kita ini, kan kasian anak-anak kita di sini kalau sekolah mereka dari dulu seperti ini-ini saja. Saya kapan ya Pak, kira-kira sudah bisa mengajar ?”,sahutku.
“Sekarangpun bisa nak..”.
Tak kusangka akhirnya aku menyandang status sebagai Ibu Guru. Dari 5 guru di sini, hanya akulah yang ber-Gender wanita. Makhlum saja Ideologi Patriarki masih sangat kental di desaku.
            Setelah setengah tahun aku berjuang, akhirnya aku bisa merenovasi sekolah tempatku mengajar ini. Setelah peresmian kemarin berita duka menghampiri desa kami, Kepala Desa kami meninggal dunia karena serangan jantung. Padahal banyak warga yang membutuhkan jasanya. Begitupun kedua orang tuaku. Aku kaget bukan kepalang, melihat banyak warga desa yang datang ke rumahku. Apakah yang mereka inginkan ?
            “Bu Minah, apakah Ibu bisa pergi ke kota untuk menguruskan e-KTP warga, banyak warga yang ingin memperpanjang e-KTPnya ? Karena kami percaya Ibu guru bisa mengurus ini semua !”.
“ Insyaallah kalau para warga mempercayakannya kepada saya, saya dengan ikhlas akan membantu”, sahutku dengan lembut.
“Terima kasih Bu, dan kami para warga ingin Ibu menggantikan sementara posisi Kepala Desa kita sampai ada pemilihan ketua kembali, Bagaimana Bu ? Desa kita butuh orang yang cerdas dan cekatan seperti Ibu”.
“Kalau memang seperti itu saya akan coba mengemban tugas Negara ini, tapi kepada para warga, saya juga mohon bantuannya, agar desa kita ini bisa makmur dan maju”.
“AMIN”. Suara mereka membuat semangatku kembali menyala untuk menghidupkan desaku ini, agar tidak terpuruk menjadi desa yang terbengkalai. Aku benar-benar takjub dengan apa yang aku alami akhir-akhir ini. Subhanallah ini adalah garis takdirku darimu Ya Allah. . Ini adalah anugrah terbesar dalam hiduku, bahagiaku kini bersenandung mimpi yang berselimut kabut dalam satu kisah yang membuat jiwa lega. Kini aku dapat membuktikan kalau wanita itu tidak kalah dari lelaki pada orang tuaku dan kini aku tunjukkan it’s my gender.
PROFIL PENULIS
Nama                           : Sartika
Tempat,Tgl Lahir        : Longkali, 15 Februari 1996
Twitter saya                : @tika_pgsd
facebook                     : Sartika Putri Pgsd
Email                           : sartika_pgsd@yahoo.com
No.Handphone           : 085654986658

Tidak ada komentar:

Posting Komentar