Kamis, 08 Mei 2014

CERPEN PERHIMAP V



Kartini Tanpa Kondek
 Oleh: Ummi Trianasari

            Memaknai refleksi kelahiran ra kartini yang di peringati setiap tanggal 21 april sebagai tokoh yang d kenal sangat semangat memperjuagkan gerakan emansipsi wanita di Indonesia, sepintas lalu merupakan dogma yang nyaris tanpa kritik sejak memoar beliau tertuamg dalam tintah dalam lembaran sejarah kemerdekaan Indonesia, bukan hanya wanita tapi pria pin sampai detik ini meyakini kemajuan emansipasi wanita Indonesia di capai berkat gerakan emansipasi yang di pelopori RA Kartini.
Untuk mengabadikan makna kepeloporan kartini yang hamper menjadi figure sentral wanita Indonesia, maka tidak heran jika penampilan wanita tanggal 21 April dengan fenomena”Kartini” di kantor-kantor, pemerintah, dan swasta.
Tidak heran jika mulai dari kalangan ibu-ibu, remaja putri, hingga anak perempuan sibuk mandandani diri dengan pakaian kebaya khas kartini untuk di tampilkan dalam berbagai atraksi.
Kita pasti setuju jika eksistensi HAM di tempatkan dalam khasana Indonesia di kekinian sebagai mana perlunya image kartini sebagai tokoh pejuang emensipasi wanita Indonesia untuk di posisikan sebagai proporsional, objektif dan multidimensional. Ini penting karena opini public yang terbangun dalam memahami aspek perjuangan kemajuan kaum wanita di Indonesia. Karena dulunya wanita tidak dihoramati dan tidak perlu sekolah karena alasan, bahwa wanita tidak mampu menjadi seorang pemimpin, dan wanita hanya pantas untuk di tiga tempat, yaitu dikasur, di dapur dan di sumur. Kenapa harus seperti itu, pasti kita sebagai wanita menolak ini karena seorang wanita tidak hanya bias di tiga tempat tadi, wanita pun sekarang mampu menjadi pemimpin, walaupun tidak menjadi pemimpin di Negara atau presiden setidaknya wanita menjadi pemimpin di keluarga untuk memimpin atau membimbing anak-anaknya dan keluarganya menjdi lebih baik.Sebagai contoh di Indonesia dulu pernah di pimpin oleh seorang wanita yang menjadi presiden Negara Indonesia yaitu ibu mega wati soekarno putri , itu sebagai contoh bagi kita kaum wanita harus bias menjadi yg terbaik dari pada kaum pria . jangan pernah kita sebagai  kaum wanita berpikir bahwa wanita itu pasti akan berujung di tiga tempat tadi, jangan salah kaum wanita , walaupun setelah kita lulus s1, s2, s3, tidak bekerja , itu jangan kaum wanita jadikan alasan untuk tidak menjadi seseorang yang terbaik di bangsa, Negara, dan agama. Tapi seharusnya kita kaum wanita bangga dengan adanya pemimpin atau pahlawan wanita yang kita hormati yaitu RA Kartini, sebagai bukti kecintaan kita terhadap beliau , kita sebagai kaum wanita harus memperjuangkan bangsa, Negara, dan agama kita untuk menjadi lebih baik lagi. Walaupun kita sebagai wanita yang memiliki pendidikan yang tinggit tidak bekerja di kantor-kantor, pemerintah, dan swasta. Tapi jangan khawatir kita bias membangkitkan bangsa, Negara, dan agama kita dengan ilmu-ilmu yang telah kita dapatkan di bangku sekolah dan di bangku perkuliahan. Dan sekarang juga Negara (pemerintah) kita mewajibkan anak-anak Indonesia untuk menduduki bangku sekolah selama 12 tahun ,jangan khawatir untuk tidak bias sekolah , karena pemerintah bisa membantu kita untuk bersekolah, kan di sekolah juga ada beasiswa prestasi dan beasiswa yang kurang mampu, jadi tidak ada alasan lagi orang Indonesia , anak-anak Indonesia tidak bersekolah. Apalagi kalau kita cerdas dan berprestasi itu bisa di biayai sampai menduduki bangku perguruan tinggi.
April identik dengan hari kartini, seorang pahlawan wanita Indonesia, ya walaupun istri dari RMAA Singgih Djojo Adhiningrat ini sudah meninggal 17 september 1904 silam, namanya tidak ikut tenggelam. Gelar sebagai pejuang emansipasi membuatnya tidak perna mati. Padahal tanpa bermaksud mengguggat jasa kartini sejatinya “hanya” di kenal dari buku karya JH Abendanon berjudul “ duisternis tot licht” atau terjemahanya “habis gelap terbitlah terang” karya Armijn Pane. Apa yang dilakukan kartini baru sebatas wacana, belum pada tingkata aksi.
Entahla,jika tanpa bukti buku ini apakah nama kartini akan harum, mewangi, atau bahkan layak menyandang gelar pahlawan sejati.
Sepeninggalan kartini, barulah didirikan sekolah wanita oleh yayasan kartini di semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, jokjakarta, malang, medium, Cirebon dan daera lainya. Sekolah ini bernama “sekolah kartini”.
Menyembunyikan kodrat
Berkat jejak gagasan berupa kunpulan surat kepada sahabat-sahabatnya, kartini di tasbihkan sebagai ikon pejuang emansipasi. Ironis gelar itu di semangatkan justru ketika buah pikiranya di tapsirkan jauh melenceng dari kehendak kartini. Apa yang di perjuangkan sangat bertentangan dengan nafas emansipasi itu sendiri.
Kartini sama sekali tidak hendak menyetarakan perempuan dengan laki-laki sama persis sebagai yang di pahami kebanyakan perempuan masa kini. Sebaliknya, kartini menghendaki penguatan-penguatan peran perempuan sebagai mana kodratnya sebagai ibu rumah tangga dan pendidik anak-anaknya di rumah. Yang di inginkan kartini adalah para perempuan mendapat akses pendidikan agar kelak manpu manjalankan kedua pungsi utamanya itu dengan sempurna. Di Hal ini tanpak jelas dalam kutipan salah satu suratny:”kami disisni memohon di usahakan pengajaran dan pendidika bagi anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibanya, kewajiban yang di serahkan alam sendiri kedalam tanganya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama (surat kepada prof.Anton dan Nyonya, 4 0ktober 1902).
Tapi lihatlah saat ini, pemikiran kartini telah  di tapsirkan kebablasan. Setelah akses pendidikan di miliki kaum perempuan, mereka lantas menuntut lebih dari itu. Gelar, title, dan ijazah pendidikan tinggi telah menuntut perempuan untuk digaji berupa materi. Akhirnya kaum wanita menyembunyikan kodratnya dan menyulap diri layaknya laki-laki yakni bekerja demi materi .
Teladan yang inspiratif
Tanpa mengerdilkan jasa-jasa kartini, rekam jejak perjuangan para shahabiyah dan muslimah generasi terdahulu jauh lebih dahsyat. Gagasan dan jasa-jasa mereka begitu membumi dan inspiratif. Tak aka nada habisnya mengisahkan keunggulan generasi muslim mulia itu.
Contohnya khadijah ra. Perempuan cantik dan kaya raya ini banyak di lirik pembesar quraish untuk di persunting, namun lebih rela dinikahi pemuda miskin bernama MUHAMMAD. Terkenalnya seorang khadijah bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuangan dakhwah RASULLAH SAW.
Sampai-sampai RASULILLAH pun memuji : “demi ALLAH, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepada ku ketika semua mendustakan,yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan. . . darinyalah aku mendapatkan keturunan.” Begitulah khadijah,istri sejati, muslimah yang segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan islam. Adakah perempuan masa kini yang menyamai pengabdiannya?
Begitupun Aisyah ra, salah seorang istri nabi dan juga cendakiawan muda. Para sahabat banyak mendulang ilmu dari beliau. Aisyah dikenal cerdas dan pandai sehingga menjadikannya termasuk al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadis). Muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan 2.210 hadis dari RASULULLAH SAW. Diantaranya,297 hadis tersebut dalam kitab shahihain dan yang mencapai derajat muttafaq ‘alaih  174 hadis. Duhai, adakah muslimah masa kini yang mampu menandingi hafalannya di bidang hadis ini?
Satu lagi adalah Fatimah, istri khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia rela menanggalkan kemewahan mengikuti jejak suaminya untuk hidup bersahaja karena takut kepada ALLAH SWT. Ya, sebelum menjadi khalifah, mereka hidup berkecukupan. Namun karena takut korupsi atau memanfaatkan harta rakyat, Umar bin Abdul Aziz menolak fasilitas Negara.
Fatimah pun ikhlas hidup serba terbatas. Padahal ia punya pilihan jika tak ingin ikut menderita. Begitu sederhananya mereka,orang yang belum mengenal tidak menyangka mereka adalah pasangan penguasa umat islam kala itu.
Dikisahkan, suatu hari datang wanita mesir untuk menemui khalifah. Sesampai dirunah yang di tunjukkan, ia melihat wanita cantik dengan dengan pakaian sederhana sedang memperhatikan seseorang yang memperbaiki pagar rumah yang rusak itu.
Setelah berkenalan si wanita mesir itu baru sadar bahwa wanitav itu adalah Fatimah,iatri sang Amirul Mukminin. Tamu itu pun menegur, ya Sayyidati. . . ,mengapa engkau tidak menutup auratmu dari orang yang sedang memperbaiki pagar rumahmu?” seraya tersenyum Fatimah menjawab, “Dia adalah Amirul Mukminin yang sedang engkau cari.” Subhanallah,hamper mustahil menemukan “Fatimah-fatimah” seperti ini di zaman sekarang.
Masih banyak shahabiyah dan juga muslimah sesuda era RASULULLAH SAW lainnya yang layak dijadikan ikon pejuang perempuan. Semoga kita mampu meneladani para kartini tanpa konde tersebut. Wallahualam.
Dan di agama kita juga mengatakan , berlomba-lomba dalam kebaikan dan ilmu atau menuntut ilmu wajib bagi kaum wanita dan kaum laki-laki, dari buaian sampai kita meninggal dunia. Tapi seperti yang kita ketahui di zaman sekarang ini banyak kaum wanita yang rusak diakibatkan pergaulan bebas yang marak di Negara tercinta kita Indonesia, bukankah di agama kita sudah mengingatkan kita bahwa ada batas-batasan pergaulan antara wanita dan pria.
Dan masalah tentang moralnya seorang anak karena kurangnya pendidikan dari orang tua, kurangnya nasehat dari orang tua untuk mengajarkan anak-anak berprilaku yang baik dalam bergaul, sehingga anak-anak remaja masa kini seenaknya berprilaku, apakah kita tidak malu terhadap RA Kartini yang berusaha, yangbersungguh-sungguh untuk memperjuangkan wanita.
Dan Mengapa kita tidak menggunakan (memakai) pedoman kita sebagai umat beragama, apalagi sudah jelas di dalam AL QURAN, kitab suci orang islam, bahkan dalam sebuah ayat ALLAH SWT mengingatkan ini nih: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”.
Mendekatinya saja kita dilarang, apalagi melakukan zina yang merupakan salah satu dosa yang besar. Mungkin ada remaja-remaja yang berfikir, “santai aja bro, kita mah pacarannya ngga macem-macem, mau satu macem kek, tetap saja dosa, kalau emang ngga macem-macem atau  ngapa-ngpain terus ngapain pacaran, kan logikanya gitu.
Bahkan kalau mau kita cermati, sebagian besar kasus hamil diluar nikah atau free sex, berawal dari yang namanya teman tapi mesrah atau ngga pacaran, masih mau ngelak nih?
kalau kita lihat kasus seperti ini apakah kita tidak malu terhadap RA Kartini, yang sudah berusaha, yang sudah memperjuangkan kaum wanita, apa balasannya yang kita lakukan, apa kaum wanita? , perbaikilah prilaku kita, contohlah RA Kartini yang begitu semangat memperjuangkan bangsa dan Negara kita, kalau memang kita menghormati pahlawan wanita kita RA Kartini, bangunlah bangsa, Negara, dan agama kita dengan baik, jangan sampai kita kaum wanita di bodohi oleh siapapun, jangan sampai kita sebagai kaum wanita di lecehkan oleh kaum pria, dan semoga kita mampu meneladani kartini tanpa kondek tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar