It’s
My Gender
Oleh: Sartika (PGSD 2013)
Dalam
hidup memang tak selamanya adil. Kadang kita selalu merasa tenang, tetapi
kadang kita juga selalu merasa was-was. Hidup memerlukan sebuah pengorbananan.
Pengorbanan memerlukan sebuah perjuangan. Perjuangan memerlukan sebuah kesabaran.
Kesabaran memerlukan sebuah keyakinan. Keyakinan menentukan kemenangan. Kemenangan
pula yang akan menentukan kebahagiaan kita kelak. Bukannya ingin menyalahi
takdir diri, namun apalah daya hidup dikandung badan mati dikandung tanah.
“Aku
benar-benar bingung dengan Bapak,Bu..”, kataku memecah lamunanku.
“Ada
apa Minah ? dari tadi kamu melamun saja Ibu perhatikan, apa ada masalah
denganmu , Nak ?”, jawab Ibuku.
“Sebentar
lagi aku lulus SMA, dan Bapak tidak memperbolehkan aku untuk mengambil Beasiswa untuk kuliah ke
Kalimantan, Bu.. Padahal aku ingin sekali kuliah di luar pulau Bu”.
“Sudahlah..
Kamu turuti saja kemauan Bapakmu itu”, balasan dari Ibuku.
“Ibu
sama Bapak sama saja, Anak ingin sukses malah dihalang-halangi. Mau jadi apa
desa kita ini kalau semua wanitanya hanya tau cara mengurus anak saja. Aku juga
ingin menjadi seperti Ibu R.A.Kartini, Megawati Soekarno Putri dan yang lainnya
Bu. Wanita itu bisa sukses asalkan ada kemauan dan semangat dari dalam dirinya.
Aku bukan ingin menyalahi aturan, Bu, tapi bukan hanya laki-laki saja yang
dapat dijadikan pemimpin, tapi perempuan juga. Ibu lihat saja perkembangan desa
kita ini, dari dulu sampai sekarang hanya begitu-begitu saja. Kita butuh banyak
perubahan dari desa kita ini. Sekolah, puskesmas, kantor desa sangat minim kaum
wanitanya Bu, itu sudah membuktikan kalau desa kita harus mengubah tradisinya,
Bu. Ibu tau Siti, temanku, dia anak yang cukup pintar di Sekolah, bahkan dia
juga mendapat Beasiswa sama sepertiku, semester kemarin dia pindah ke kota
dibawa oleh Bibinya, karena setelah lulus SMA di akan kuliah di sana. Tidak
bisakah para orang tua di desa ini mengizinkan anak perempuannya untuk
bersekolah lebih tinggi ? Walaupun mayoritas pekerjaan mereka hanya bertani
tapi setidaknya mereka bisa meniatkan diri agar anak-anak mereka bisa sukses,
yaitu dengan cara menyekolah anak-anak mereka, Bu. Tidak dapatkah Ibu memberi
pengertian pada Bapak ?”, ujarku memberi penjelasan.
“Nantilah
coba ibu bicarakan pada Bapakmu”, jawab ibuku sendu.
Aku
beranjak dari kursi dan bergegas menuju ke kamarku. Sunyi kelam mengembalikan
aku ke dalam lamunanku. Aku pernah mendengar pepatah mengatakan bahwa “Jangan sesali apa yang telah terjadi
kemarin, tapi jika kamu tak mampu menjadi lebih baik hari ini, kamu patut
menyesalinya”. Aku tidak mau sampai aku menyesal dibelakang hari nanti jika aku
sampai mengambil keputusan yang salah. Lembaran baru itu lebih sempurna, lebih
nyata untuk meraih asa. Sempat kurasakan setitik darah yang hampir menembus ubun-ubunku,
membuat gejolak darah panasku ingin meledak-ledakkan ruahnya. Aku kembali
memikirkan bagaimanakah nasib diriku nanti, aku teringat akan perjuangan
R.A.Kartini dulu, R.A. Kartini tercatat
sebagai orang yang giat mengedepankan keadilan gender dan emansipasi wanita.
Nilai-nilai kultural yang ia miliki telah membuktikan bahwa ia mampu menjadi
dirinya sendiri, sehingga dia dapat memahami apa yang terjadi di lingkungannya.
Ideologi patriarki yang berkembang di daerahnya sama halnya seperti yang
terjadi di desaku sekarang ini. Pemahaman tentang sistem sosial yang menempatkan laki-laki
sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.
Masalahku ini sama
halnya dengan R.A.Kartini, ia menyadari konsep pembawaan dirinya dan orang lain
yang harus menurut pada perbedaan gender di kalangan masyarakatnya itu sebagai
suatu ketidakadilan. Kini pikiranku makin kacau rupanya, aku tak memungkiri
bahwa keegoisan mulai menyuluti otakku. Ku ambil tetesan air dan ku basuhkan
keanggota tubuhku, ku ambil air wudhu itu untuk bersiap-siap Shalat Istikharah,
meminta petunjuk dari sang Maha Cinta, agar dapat memberikan arah kemana aku
harus berlabuh setelah pengumuman kelulusan besok. Harapanku kali ini
mendapatkan amplop bertuliskan kata “LULUS” dengan hasil yang memuaskan. Semoga
setelah bangun tidur nanti aku telah mendapatkan jawaban atas do’aku.
Waktu datang silih berganti, matahari datang menjemput lelapku
dan menyadarkanku. Hari ini kembali aku jelang waktu-waktu menegangkan dalam
hidupku. Aku melihat diriku di depan kaca dan kembali menatapi wajah malang
ini. Ku langkahkan kaki untuk pergi ke sekolah, karena tiba waktunya pengumuman
kelulusanku hari ini.
Jantungku berdegup dengan
kencangnya seakan alirannya tak mampu lagi memompa darah yang ada. Tak ada
sepenggal katapun yang terlontar dari bibir ini, seketika aku tenggelam dalam
sendu. Aku cemas seakan penuh harap, seakan waktu enggan untuk berlalu. Darah
ini seketika berhenti mengalir dan jantungku pun berhenti detakannya ketika Pak
Laode datang mendekatiku dan menyerahkan amplop pengumuman kelulusan yang telah
bertuliskan nama Mariatul Aminah itu. Ku ambil amplop itu dan segera bergegas
pulang ke rumah dengan sepeda ontel milikku. Sepeda ontelku ku anggap seperti
sepeda motor Ninja yang lajunya tiada tara. Aku berharap aku dapat membukanya
bersama orang tuaku di rumah.
Setibanya aku di rumah. Tak kudapati sosok Bapak dan Ibu. Huh…
Aku lupa kalau setiap hari Bapak dan Ibu pergi ke sawah untuk bertani pikirku.
Tetapi setidaknya hari ini mereka mengerti bahwa anaknya menerima hasil
kelulusannya. Cukup ku eluskan dada ini lembut, agar tidak ada sepercik emosi
hinggap kembali. Tak ku pungkiri setitik demi setitik air pun jatuh dari
pelupuk mataku. Sejujurnya aku tidak ingin larut dalam kesedihan, tapi apalah
dayaku, sikon yang begitu pahit
mengiris jiwa. Ku buka amplop itu dengan berat
hati, karena aku tau Bapak dan Ibu akan pulang senja hari nanti.
“LULUS”
Puji syukurku hampir tak lepas ku ujarkan dari bibir kecilku
ini. Dengan total nilai nilai 56,75 dari enam mata pelajaran. Nilai yang cukup
tinggi untukku. Setibanya Bapak dan Ibu di rumah aku memperlihatkan hasil
pengumuman itu kepada mereka.
“Bagus, itu baru anak Bapak.. Bapak mau istirahat dulu” kata
Bapakku.
“Hanya itu saja Pak. Apakah tidak ada kata-kata lain, seperti
mau lanjut kemanakah kamu nanti, Nak ? Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus
ini, Nak? Apakah itu tidak terpikir oleh Bapak”, kataku menyanggah beliau.
“Bapak sudah bilang kamu tidak usah melanjutkan sekolah, kamu
cukup membantu ibumu saja di rumah. Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau
ujungnya hanya kembali di hadapan abu dapur saja nantinya !”.
“Baik ! Baiklah kalau itu yang Ayah dan Ibu mau !”, kataku
sambil menangis.
“Aku benar-benar gak kuat Ya Allah….. !!! Semoga engkau
memberiku kekuatan untuk Tes Beasiswa masuk Perguruan Tinggi besok, Amin”,
celotehku menutup senduku.
Tiba-tiba aku
tertidur pulasnya. Aku ingin besok ada sebuah keajaiban tiba di dalam hidupku.
Selamat Mariatul Aminah, Anda lolos masuk
Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman melalui jalur Bidik Misi. Silahkan
melakukan registrasi ulang kembali. Isi data dengan benar. Terima kasih.
Hatiku benar-benar meronta-ronta kegirangan kali ini, aku tak
pernah merasakan sebahagia ini. Bunga jiwaku seakan merekah, bermekaran
mengeluarkan semerbak harum bahagia yang tiada bandingnya. Kala ini aku harus
benar-benar berputar otak untuk menentukan masa depanku kelak. Berita gembira
ini tak kuberitahukan kepada kedua orang tuaku karena aku telah mendapatkan
jalan dari Sang Maha Cinta untuk menapaki kaki di awal langkahku ini.
Untuk
Bapak dan Ibu yang Minah cintai :*
|
Assalamualaikum..wr.. wb..
Bapak , Ibu , maafin Minah, Pertama… Minah mau kasih kabar kalau
Minah dapat beasiswa ke Universitas
Mulawarman di Kalimantan Timur, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar .
Minah ingin kalau lulus nanti dapat mencerdaskan anak-anak di desa kita.
Ananda bukan bermaksud lancang untuk
pergi diam-diam dari rumah, tetapi untuk menuntut ilmu agar dapat merubah
sedikit tradisi yang ada di desa kita. Di mana perempuan sangat terpuruk di
sana. Minah berharap Bapak dan Ibu dapat menjaga kesehatan baik-baik di
rumah. Minah mohon doa restunya, supaya ananda di sini dapat menuntut ilmu
sebaik-baiknya, dan dapat membanggakan Bapak dan Ibu.
Minah pamit, semoga bapak dan
Ibu tidak marah sama ananda ini… Peluk
,, Cium,, dari Minah.
Anakmu,
Mariatul Aminah
|
Mungkin keputusanku ini adalah
keputusan yang paling terburuk yang pernah aku perbuat. Tetapi kondisi ini
terlalu mendesakku untuk berbuat tegas. Kalutku ini biar ku pendam sendiri
saja. Walau hati ini terus meronta-ronta, aku harus tetap semangat untuk meraih
cita-citaku, membuat bangga kedua orang tuaku, dan agar dapat membuat rekahan
senyum dari bibir mereka. Aku yakin mampu membuktikan perkataanku kepada mereka
bahwa wanita itu tidak kalah dengan laki-laki dalam hidupnya. Hari ini aku akan
berlabuh menggunakan uang tabunganku menuju pulau Borneo.
ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم بِسْــــــــــــــــــمِ
ا
Kamis,
31 Agustus 2010
SAMARINDA,
KALIMANTAN TIMUR
Ini
untuk pertama kalinya aku menapaki langkahku di kampung orang lain. Sebuah kota
yang di kelilingi oleh Sungai Mahakam. Sebuah kota yang dikenal dengan sebutan
Benuo Etam inilah yang akan memberikan aku banyak pengalaman dan hal-hal yang
berkesan selama 4 tahun ke depan.
“Mariatul
Aminah ya yang dari Peterongan, Jombang, Jawa Timur ?”.
“Iya
Pak. Apakah data saya sudah lengkap ?”, kataku.
“Sudah.
Silahkan tanda tangan di sini.”
“Baik,
terima kasih, Pak”.
Selesai
wawancara itu aku bergegas menuju kost baruku. Di tengah perjalanan aku bertemu
dengan seorang perempuan yang berwajah cantik, bermata sipit, dan berkulit
putih datang menghampiriku.
“Maaf..
Boleh numpang tanya ? Kost Tara di sini dimana ya ?”, tanyanya padaku.
“Oh
Kost Tara, mari saya antar, kebetulan saya juga baru ngekost di situ. Apakah
kamu sudah dapat kamar ?”, balasku padanya.
“Tak
tau, saya tak punya kenalan di sini”.
“Oh
iya, saya Mariatul Aminah, panggil saja Minah. Saya dari pulau Jawa, bagaimana
kalau kamu jadi Roommate saya ?”.
“Wow
jauh jua ya !!! Bisa.. Bisa.. Saya Maharati dari daerah Malinau, Kalimantan
Utara. Salam kenal ya Minah”.
“Iya
salam kenal juga Maharati. Mari kita menuju kost baru kita, hehehe…. “, kataku
senang.
Gadis
Dayakpun akhirnya bersahabat dengan gadis Jawa. Di awal aku sempat terpikir
apakah kami akan cocok ? Tetapi ternyata hal yang luar biasa aku rasakan.
Berteman dengannya membuat aku banyak tau akan apa itu Benuo Etam. Dia juga
mampu merangkul aku dalam suka maupun duka. Walaupun kami berbeda agama tetapi
kami saling mengingatkan apabila berbicara tentang ibadah.
Rintangan
mulai datang menerpaku. Aku ingin bercerita pada Maharati tetapi aku ragu untuk
bercerita padanya. Inikah yang di bilang GALAU ?
“Kau
kenapa bah Minah ? Dari tadi bersedih
hati saja tampaknya”.
“Tidak
apa-apa, saya hanya sedang bingung saja, ada masalah teknis”.
“Jujur
aja sama saya Minah, kita kan Bestfriend “, gumamnya meyakinkanku.
“Aku
belum bayar kost 2 bulan ini, karena uang beasiswaku belum cair”.
“Ini
bayar dulu sana, pakai saja dulu duitku, tak apa Minah, jangan kau tolak ya “.
“Terima kasih Maharati, aku janji
aku akan mengembalikannya secepatnya. Aku janji ! “.
Tak
terasa hampir setahun aku disini tapi aku belum mengabarkan orang tuaku di
kampung. Kali ini aku harus mengabari
mereka di sana. Semoga mereka tidak marah padaku akibat ulah nekadku yang lalu.
Send to : +628123198****
Assalamualaikum..
Bapak dan Ibu apa kabar di sana ?
Ini Minah, Minah kangen sama Bapak sama Ibu. :* |
From : +628123198****
Walaikumsalam..
Alhamdulilah baik , Bapak sama Ibu juga kangen sama kamu, kamu kapan balik, Nak ?
Hampir
setahun kamu tidak memberi kabar sama bapak dan ibu di sini.
|
Send to : +628123198****
Nanti
Minah balik kalau sudah membawakan ijazah buat bapak dan ibu.
Minah
mohon maaf kalau sudah membuat ibu dan bapak cemas.
Minah
minta restu agar dapat belajar dengan baik di sini Bu, Pak. J
|
From : +628123198****
Iya
, semoga kamu bisa pulang dengan sehat dan bisa membanggakan ibu bapak, Nak.
|
“
Minah , kamu terpilih jadi kandidat ketua Perhimpuan kita ! Selamat ya !!!”,
Maharati mengagetkanku.
“Apa
? Kenapa harus aku ? Apakah aku mampu memimpin perhimpunan kita Maharati ?”.
“Tak
apa Minah, aku yakin kamu mampu. Kau pernah bilang kan, it’s my gender tidak akan
kalah dari para lelaki, bukannya begitu Minah ?”.
“Baiklah
aku coba”, jawabku mulai bersemangat.
Akhirnya
aku terpilih menjadi ketua perhimpunan, aku yakin, aku dapat mengemban tugas
seoptimal mungkin.
Setahun kemudian…..
Selama setahun aku menduduki jabatan sebagai
ketua perhimpunan tak terasa jabatan itu akan aku lepas dan kuserahkan pada
adik tingkatku. Masa-masa menjadi ketua perhimpunan tidak akan pernah aku
lupakan, di situlah aku kenal apa itu organisasi ? apa itu kader ? Bagaimana
membuat suatu acara ? dan bagaimana cara agar bisa tetap solid dengan
teman-teman yang tidak satu pemikiran.
Assalamualaikum.. wr,wb.
Setelah Mubes ini kita akan
mengetahui siapa yang akan menggantikan saya sebagai ketua perhimpunan kita
ini. Dari apa yang telah kita lalui bersama, susah senang bersama, Kakak harap
kalian bisa mengemban tugas lebih baik lagi ke depannya. Tetap jaga kesolidan
kita. Tetap jaga keutuhan di antara setiap kader, dan jangan lupa bersyukur
kepada yang Maha Kuasa karena telah memberikan kita banyak nikmat di dalam
perhimpunan kita ini, mungkin sebelum saya melepas jabatan ini baiknya saya
memohon maaf secara pribadi, jikalau banyak salah dan khilaf yang saya perbuat
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena kesalahan itu datangnya dari saya
pribadi, dan kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Akhir kata
Summasalamualaikum..wr,wb.
Tak terasa kelulusan
sudah didepan mata. Kali ini hatiku benar-benar bahagia karena kedua orang
tuaku datang mendampingiku untuk wisuda. Oh tuhan.. Ini kah keajaibanmu. Rasa
syukurku tak akan pernah putus ku berikan untukmu. Gelora yang ku tunggu sekian
lama kini tumpah ruah menjadi euphoria yang luar biasa.
22 Juli 2014
PETERONGAN, JOMBANG,
JAWA TIMUR
Setelah
meninggalkan Kota Samarinda, aku kembali menapakkan kaki di desaku tercinta
ini. Hal yang harus kulakukan sekarang adalah datang ke SDN 009 Peterongan
untuk mengabdikan diriku.
“Assalamualikum,
Pak Warman saya Minah, saya ingin mengabdikan diri untuk menjadi guru di SD
ini, apakah dapat diterima ?”, gumamku dengan penuh harap.
“Oh
iya Mariatul Aminah kan ? Wah sudah lulus toh rupanya Ndo ! Selamat ya ! Wah
saya sangat merasa beruntung kalau Nak Aminah mau menjadi guru di sekolah ini..
Yah kamu tau sendiri, guru-guru di sini mayoritas tamatan SMA, pastinya Bapak
sangat senang kalau kamu mau mengabdi di SD-mu ini.. Tapi ada satu hal yang
harus kamu tau, gaji menjadi guru di desa kita ini tidak seberapa, karena
jarang ada yang mau ke kota untuk memohon dana operasional untuk sekolah kita.
Kamu lihat saja bangunan SD ini sudah sangat memprihatinkan”, tukas beliau
menjelaskan padaku.
“Saya
tidak masalah pak, kalau begitu nanti saya yang akan membuat permohonan bantuan
dana operasional untuk sekolah kita ini, kan kasian anak-anak kita di sini
kalau sekolah mereka dari dulu seperti ini-ini saja. Saya kapan ya Pak,
kira-kira sudah bisa mengajar ?”,sahutku.
“Sekarangpun
bisa nak..”.
Tak
kusangka akhirnya aku menyandang status sebagai Ibu Guru. Dari 5 guru di sini,
hanya akulah yang ber-Gender wanita.
Makhlum saja Ideologi Patriarki masih sangat kental di desaku.
Setelah setengah tahun aku berjuang, akhirnya aku bisa
merenovasi sekolah tempatku mengajar ini. Setelah peresmian kemarin berita duka
menghampiri desa kami, Kepala Desa kami meninggal dunia karena serangan
jantung. Padahal banyak warga yang membutuhkan jasanya. Begitupun kedua orang
tuaku. Aku kaget bukan kepalang, melihat banyak warga desa yang datang ke
rumahku. Apakah yang mereka inginkan ?
“Bu Minah, apakah Ibu bisa pergi ke kota untuk
menguruskan e-KTP warga, banyak warga yang ingin memperpanjang e-KTPnya ?
Karena kami percaya Ibu guru bisa mengurus ini semua !”.
“
Insyaallah kalau para warga mempercayakannya kepada saya, saya dengan ikhlas
akan membantu”, sahutku dengan lembut.
“Terima
kasih Bu, dan kami para warga ingin Ibu menggantikan sementara posisi Kepala
Desa kita sampai ada pemilihan ketua kembali, Bagaimana Bu ? Desa kita butuh
orang yang cerdas dan cekatan seperti Ibu”.
“Kalau
memang seperti itu saya akan coba mengemban tugas Negara ini, tapi kepada para warga,
saya juga mohon bantuannya, agar desa kita ini bisa makmur dan maju”.
“AMIN”.
Suara mereka membuat semangatku kembali menyala untuk menghidupkan desaku ini,
agar tidak terpuruk menjadi desa yang terbengkalai. Aku benar-benar takjub
dengan apa yang aku alami akhir-akhir ini. Subhanallah ini adalah garis
takdirku darimu Ya Allah. . Ini
adalah anugrah terbesar dalam hiduku, bahagiaku kini bersenandung
mimpi yang berselimut kabut dalam satu kisah yang membuat jiwa lega. Kini aku
dapat membuktikan kalau wanita itu tidak kalah dari lelaki pada orang tuaku dan
kini aku tunjukkan it’s my gender.
PROFIL PENULIS
Nama : Sartika
Tempat,Tgl Lahir : Longkali, 15 Februari 1996
Twitter saya : @tika_pgsd
facebook : Sartika Putri Pgsd
Email : sartika_pgsd@yahoo.com
No.Handphone : 085654986658
Nama : Sartika
Tempat,Tgl Lahir : Longkali, 15 Februari 1996
Twitter saya : @tika_pgsd
facebook : Sartika Putri Pgsd
Email : sartika_pgsd@yahoo.com
No.Handphone : 085654986658
Tidak ada komentar:
Posting Komentar